JAKARTA, KOMPAS.com — Sejarah baru bakal tercipta di pentas sepak bola se-ASEAN, Piala AFF. Juara baru bakal muncul, bisa Indonesia, bisa juga Malaysia.
Kedua negara ini bertemu di final setelah sebelumnya saling tarung pada babak penyisihan Grup A. Selain itu, kedua negara itu belum pernah juara. Dengan demikian, ini akan menjadi partai panas karena keduanya sama-sama ingin mengukir sejarah.
Indonesia lebih diunggulkan karena mampu menghajar Malaysia 5-1 pada penyisihan grup. Namun, bukan berarti langkah Indonesia bakal ringan di final yang akan digelar pada 26 dan 29 Desember nanti.
Namun, Indonesia lebih diuntungkan. Sebab, Firman Utina dkk lebih dulu bertandang ke kandang Malaysia. Biasanya, ini lebih menyulitkan tim yang menjadi tuan rumah lebih dulu.
Pada leg pertama, 26 Desember, Malaysia harus menang dengan gol sebanyak mungkin. Dengan demikian, pada leg kedua mereka bisa mengurangi tekanan.
Namun, keharusan gol banyak itu juga sebuah beban berat yang justru akan menjadi tekanan psikologis buat tuan rumah. Indonesia sudah selayaknya memanfaatkan situasi ini dengan tetap bermain tenang dan solid seperti sebelumnya. Setidaknya, kita jangan sampai kalah di kandang Malaysia sehingga Indonesia bisa lebih leluasa pada leg kedua.
Hal itu sudah terbukti ketika dukungan ribuan penonton tak membuat Firman Utina tertekan. Sebaliknya, semangat "Garuda" terpompa. Kondisi ini berbeda dengan timnas sebelumnya yang kadang justru terbebani ketika mendapat dukungan penuh.
Contohnya, pada Piala Tiger (sekarang Piala AFF) 2004. Indonesia malah kalah di kandang. Beruntung, Indonesia akhirnya membalas di kandang Malaysia dengan kemenangan 4-1 dan lolos ke final.
Secara kualitas, Indonesia sudah membuktikan bahwa mereka lebih baik dari Malaysia. Mentalnya juga demikian. Saat tertinggal 0-1 oleh Malaysia dalam penyisihan grup, mental Indonesia tak jatuh. Sebaliknya, "Garuda" marah dan membalas lima gol hingga menang 5-1. Kemenangan yang tak hanya membuktikan kekuatan mental Indonesia, tapi juga kualitas yang lebih baik.
Kini, Firman Utina tinggal meningkatkan kualitas dan kekuatan mentalnya demi mencetak sejarah baru. Namun, tak seharusnya pula Indonesia meremehkan Malaysia.
Kedua negara ini bertemu di final setelah sebelumnya saling tarung pada babak penyisihan Grup A. Selain itu, kedua negara itu belum pernah juara. Dengan demikian, ini akan menjadi partai panas karena keduanya sama-sama ingin mengukir sejarah.
Indonesia lebih diunggulkan karena mampu menghajar Malaysia 5-1 pada penyisihan grup. Namun, bukan berarti langkah Indonesia bakal ringan di final yang akan digelar pada 26 dan 29 Desember nanti.
Namun, Indonesia lebih diuntungkan. Sebab, Firman Utina dkk lebih dulu bertandang ke kandang Malaysia. Biasanya, ini lebih menyulitkan tim yang menjadi tuan rumah lebih dulu.
Pada leg pertama, 26 Desember, Malaysia harus menang dengan gol sebanyak mungkin. Dengan demikian, pada leg kedua mereka bisa mengurangi tekanan.
Namun, keharusan gol banyak itu juga sebuah beban berat yang justru akan menjadi tekanan psikologis buat tuan rumah. Indonesia sudah selayaknya memanfaatkan situasi ini dengan tetap bermain tenang dan solid seperti sebelumnya. Setidaknya, kita jangan sampai kalah di kandang Malaysia sehingga Indonesia bisa lebih leluasa pada leg kedua.
Hal itu sudah terbukti ketika dukungan ribuan penonton tak membuat Firman Utina tertekan. Sebaliknya, semangat "Garuda" terpompa. Kondisi ini berbeda dengan timnas sebelumnya yang kadang justru terbebani ketika mendapat dukungan penuh.
Contohnya, pada Piala Tiger (sekarang Piala AFF) 2004. Indonesia malah kalah di kandang. Beruntung, Indonesia akhirnya membalas di kandang Malaysia dengan kemenangan 4-1 dan lolos ke final.
Secara kualitas, Indonesia sudah membuktikan bahwa mereka lebih baik dari Malaysia. Mentalnya juga demikian. Saat tertinggal 0-1 oleh Malaysia dalam penyisihan grup, mental Indonesia tak jatuh. Sebaliknya, "Garuda" marah dan membalas lima gol hingga menang 5-1. Kemenangan yang tak hanya membuktikan kekuatan mental Indonesia, tapi juga kualitas yang lebih baik.
Kini, Firman Utina tinggal meningkatkan kualitas dan kekuatan mentalnya demi mencetak sejarah baru. Namun, tak seharusnya pula Indonesia meremehkan Malaysia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar